Semarang –
Cuaca panas melanda Kota Semarang saat awal Ramadan kali ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan.
Prakirawan Cuaca BMKG Ahmad Yani Semarang, Rany Puspita Ekawati menyebut suhu panas berasal dari beberapa faktor. Misalnya, perubahan arah angin yang mulai dominan saat ini yang berasal dari arah timur ke tenggara. Hal itu membuat angin hanya membawa sedikit uap air.
“Itu berarti anginnya bisa dibilang dari arah Australia di mana Australia itu biasanya minim uap air, nah biasanya tuh kalau anginnya dari situ, di kita sudah mulai panas,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (24/3/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, saat sejak 21 Maret posisi matahari juga berada tepat di jalur khatulistiwa. Di Semarang, bisa dibilang posisi matahari tepat berada di atas kepala.
“Posisi matahari ini mulai bulan Maret, 21 Maret posisi ada di tepat di khatulistiwa, jadi bisa dibilang matahari tepat ada di atasnya kita jadi memang berasa kayak panas banget,” imbuh Rany.
Suhu di Semarang saat awal Ramadan tercatat di maksimal 33,1 derajat celsius dan minimal di 23,4 derajat celsius. Sebenarnya, suhu tersebut masih berada di angka normal. Sementara suhu terpanas di Semarang tercatat pernah mencapai 39,5 derajat celsius.
“Masih normal sebenarnya karena kan kita di bulan ini itu mulai memasuki musim pancaroba kan dari hujan ke kemarau jadi sebenarnya ini panasnya itu masih normal,” ujarnya.
Dia memperkirakan suhu panas yang dirasakan merupakan akibat dari peralihan dari musim hujan yang terasa dingin beralih ke musim kemarau. Hal itu juga menjadi pertanyaan masyarakat kepada BMKG.
“Memang musim pancaroba itu mungkin karena hujan ke kemarau terutama dari sebelumnya dingin tiba-tiba ke kemarau yang agak panas,” ujarnya.
Di masa pancaroba, di Jawa Tengah masih berpotensi terjadi hujan. Kebanyakan, hujan akan datang di sore dan malam hari.
“Beberapa hari ini memang di Jateng untuk wilayah pesisir selatan kemudian Solo Raya, kemudian Jateng timur di beberapa wilayah itu masih tetap ada potensi hujan dan lebih sering terjadi di saat sore dan malam hari. Jadi memang dia sebenarnya merata di wilayah Jateng tapi waktunya berbeda-beda dan intensitasnya tidak sebanyak Februari kemarin,” pungkasnya.
Simak Video “17 Persen Wilayah RI Diprediksi Masuk Musim Kemarau Mulai April”
[Gambas:Video 20detik]
(rih/ahr)